Monday, October 22, 2012

Samsara Reflexology II


Setelah pengalaman pertama di Samsara Reflexology di Kuningan City yang memuaskan beberapa waktu lalu - link, saya beberapa kali menyambangi Samsara di tempat yang sama. Pengalaman reflexology di Samsara  Kuningan City dengan therapist yang beda-beda, hasilnya cukup konsisten memuaskan. Foot massage yang mengena di titik reflexology dengan tekanan dan teknik urut yang pas. Bahkan Samsara meningkatkan service dengan menyajikan fruit juice di awal sesi reflexology dan tetap menawarkan pilihan tea or water di akhir sesi reflexology. Mulai menjajal dengan reflexology 60 menit, now I'm an addict to the 90 minutes session!



Nah hari Sabtu lalu, saya.kembali ke Samsara Kuningan Ciy. Ketika saya tiba disana, waktu telah menunjukkan pukul 8.30 malam, jadi saya ambil sesi reflexology 60 menit. Setelah menyelesaikan pembayaran - oh ya Samsara sering kali minta pembayaran di muka sebelum kita menikmati sesi reflexology - saya masuk ke ruang theraphy. Baru kali ini saya mendapat therapist wanita di Samsara. As usual, di awal kaki akan direndam di air yang sudah.dicampur.dengan antiseptik. Setelah kaki dikeringkan, mulai deh sesi pijat kakinya.



Therapis mulai memijat bagian betis. Dari mulai pertama therapist memijat betis saya, saya langsung bisa merasakan kalo si therapist ini tidak menguasai teknik foot massage. Tekanannya juga terlalu lemah sehingga saya minta therapist untuk memijat lebih kencang. Pijatannya sih jadi lebih kencang tapi ngawur. Apalagi di bagian telapak kaki therapist sama sekali tidak memahami titik reflexology sehingga pijatan jurus ngasalnya malah bikin telapak kaki sakit semua. Bagian dari telapak kaki yang dipijat hanya.jari kaki dan telapak kaki bagian atas. Alhasil, kalo biasanya saya merasa sesi reflexology berlalu dengan cepat, kali ini sesi reflexology berasa lamaaaaaa banget. Pengen bener sesinya segera berakhir. 

What I learnt from this experience adalah balik lagi ke nature services industry dimana standarisasi service itu PR besar. Plus kenyataan bahwa penyedia jasa - dalam hal ini therapist - punya skill yang beda-beda. Itu sebabnya ada yang punya therapist langganan, ada yang punya kapster langganan sampe koki langganan. Saya? Punya dokter gigi langganan. Well I don't think I will return to Samsara in the near future. Kalo selama ini saya rekomendasin Samsara bahkan membawa teman-teman ke Samsara, kali ini saya better warn them untuk lebih mengingat nama therapist yang mereka cocok ketimbang loyal ke merek usaha. It's a real.challenge for all player in services industry.

No comments:

Post a Comment