Tuesday, October 30, 2012

L’Occitane: Shea Butter Moisturizing Lip Balm


Sama seperti kulit saya yang sensitive, bibir saya juga sensitive. Mencari produk untuk bibir semacam lip balm atau lip gloss atau lipstick itu beneran PR besar. Produk natural dan organic menjadi pilihan nomor 1 ketika membeli lip balm. Eco Cert label yang ada di produk L’Occitane Shea Butter Lip Balm adalah alasan utama kenapa saya menjajal produk ini. Eco Cert adalah badan sertifikasi organic untuk  produk pangan, personal care dan textile yang didirikan pada tahun 1991 di Perancis dan saat ini beroperasi di lebih dari 80 negara yang membuatnya menjadi lembaga sertifikasi organic terbesar di dunia.



Alasan kedua kenapa saya menjajal L’Occitane Shea Butter Moisturizing Lip Balm ini adalah karena kandungan shea butter 10% yang tercantum di tubenya. Shea butter dikenal sebagai “women’s gold” bukan hanya karena manfaatnya untuk kecantikan yang melembabkan, melembutkan dan melindungi kulit, tapi juga karena shea butter memberikan lapangan pekerjaan dan income kepada ratusan wanita di desa-desa di Afrika. Shea butter juga dipercaya sebagai anti aging agent yang ampuh dan sekaligus mengandung tabir surya alami.



Ingredients:
HYDROXYSTEARIC/LINOLENIC/OLEICPOLYGLYCERIDES, CAPRYLIC/CAPRIC TRIGYLCERIDE; BUTYROSPERMUM PARKII (SHEA) BUTTER; HELIANTHUS ANNUUS (SUNFLOWER) SEED OIL; CERA ALBA/BEESWAX; SILICA; TOCOPHEROL; PARFUM/FRAGRANCE; LINALOOL

Benefit: 
Lip balm yang melembabkan dan mengatasi chapped lips with shea butter power!

Detail:
Saya menggunakan produk ini secara rutin tiap pagi dan malam plus frequently re-apply ketika di kantor.  Ini adalah lip balm yang engga meninggalkan kesan glossy, tidak waxy juga. It feels smooth on my lips. This lip balm is very light dan colorless. Saya tidak merasakan any taste dan mencium any specific scent di produk ini. What I like from this product adalah kemasan dalam bentuk tube yang IMO, assure tingkat hygiene nya. Di awal-awal pemakaian, lip balm ini tampaknya cukup hydrates my lips, so I continued using this lip balm.

Drawback:
Setelah rutin memakai produk ini selama hampir 2 minggu, bukannya bibir saya jadi lembab, malah jadi kering dan pecah-pecah. What I learnt: ternyata engga semua produk organic – bahkan yang certified sekalipun, cocok di bibir saya…
BTW, karena engga cocok di bibir, saya oleskan produk ini di punggung tangan tiap malam sebelum tidur. Hasilnya? Produk ini hydrates punggung tangan saya!

Apakah ada input any other lip balm yang mesti saya coba? Kasih masukan ya…


Monday, October 29, 2012

Kenko Reflexology – Pacific Place



Business trip ke Bali selama 5 malam 6 hari itu sama dengan nenteng-nenteng tas berat sendiri dan banyak duduk di mobil karena harus kunjungan ke berbagai lokasi di berbagai tempat di Bali. Menenteng tas berat di bahu berjam-jam dan berhari-hari ternyata membawa resiko sendiri..shoulder and neck pain! Tas tenteng saya berisi mulai dari handphone, IPod, toiletries (bedak, lip balm, sikat gigi dan pasta gigi, parfum, sisir, dan sebagainya), permen, tempat kartu nama sampe bottled water yang sepertinya barang kecil-kecil tapi kalo dikumpulin jadi satu dalam tas ternyata heavy juga. Beban berat di tas itu bikin bahu saya super painful meski saya sudah berusaha memindahkan tas frequently dari satu bahu ke bahu lain. Menurut artikel kesehatan di www.dailymail.co.uk, bahkan disebutkan kalo carrying heavy bag berpotensi menyebabkan arthritis.

Anyway, pulang dari business trip di Bali, saya mencari Kenko dan kali ini saya mengunjungi Kenko Reflexology di Pacific Place Mall yang letaknya ada di lower ground floor, di seberang Bengawan Solo Coffee. Datang tanpa appointment, saya beruntung karena bisa langsung dilayani tanpa pake nunggu. Lampu temaram, dengan interior mirip dengan Kenko Reflexology di Senayan City (link artikel sblmnya) tapi tempatnya lebih kecil. Tidak ada music relaksasi yang dimainkan di sini dan juga tidak ada aroma “penenang” (obat penenang kali???). Tempat ini juga ga ada noise reduction-nya sehingga suara-suara dari mall – seperti anak-anak yang jejeritan, terdengar jelas.

Sesi reflexology 90 menit ini dimulai dengan merendam kaki dalam air panas sambil dipijit. Pijatan dimulai dari betis yang ditekan dari arah lutut ke telapak kaki. Selesai dengan betis, pijatan bagian telapak kaki dimulai. Seperti khas Kenko, pijatannya tidak menggunakan oil tapi bedak bayi merek Cussons.  Pijatannya juga engga pake metode diurut, tapi ditekan. Selesai dengan telapak kaki, baru kedua lengan tangan dipijit dan dilanjutkan dengan pijat bagian punggung. Terakhir, pijatan bagian bahu dan bagian kepala menuntaskan sesi 90 menit reflexology di Kenko. Bahu, lengan dan kaki yang pegel akibat perjalanan seminggu itu agak mereda sakitnya.. As usual, reflexology di Kenko selalu ada efek instant buat saya, yaitu ngantuk…

I’m heading home to sleep… As always, I’m happy with Kenko Reflexology.. Keep up your excellent service!

Saturday, October 27, 2012

Healthy Choice – Pacific Place



Mencari tempat bersantap di luar yang menyajikan makanan dengan bahan baku yang organic? Healthy Choice resto adalah salah satunya. Tanpa sengaja saya mencoba resto Healthy Choice yang ada di lantai 5, Pacific Place Mall, alasannya bukan karena organic – wong saya baru tau ketika udah di dalam restonya, tapi simply karena saat lunch time di hari Senin itu, masih ada seat available di sini. Begitu masuk, saya surprised, wah this restaurant serves organic food! Jarang-jarang nih ada yang beginian!



Healthy Choice resto ini merupakan salah satu bisnis under Delami Brands – cukup surprising, considering Delami group is very strong in fashion business with popular brands such as Et Cetera, The Executive, Woods, Lee, Jockey, Tira dan sebagainya. Menu yang disajikan oleh Healthy Choice ini cukup beragam, mulai dari Asian food to Western food, mulai dari Caesar salad, spaghetti, steak, sampai nasi dan ayam goreng. Semua makanan yang disajikan di sini berbahan baku organic, plus dimasak tanpa menggunakan MSG dengan peralatan masak non Teflon.

Dari sejumlah pilihan makanan, saya akhirnya mencoba spaghetti aglio olio with turkey ham, ditemani dengan green kiwi avocado juice. Teman saya memesan Caesar salad dengan meminta agar dressing dipisah, dan orange juice. Green kiwi avocado juice ini campuran kiwi, avocado, lime, mint dan teksturnya mirip smoothies. It’s refreshing meskipun rasa lime nya terlalu strong.


Ketika pesanan datang, teman saya langsung cemberut ketika si mbak meletakkan Caesar salad dengan dressing yang sudah dicampur. Kami minta makanan diganti atau pesanan dibatalkan dan si mbak akhirnya mengangkat Caesar saladnya dan menggantinya sesuai dengan pesanan. But anyway, setelah mengaduk-aduk saladnya, my friend was not happy karena menemukan veggie yang dipakai sudah tidak segar, but she didn’t want to complaint for the second time.

Spaghetti aglio olio dengan turkey ham – hmm penampakannya sih promising. It was good enough, meski menurut ukuran saya, spaghetti oglio olio nya kurang taburan chili flakes. Garlic bread yang disajikan bersama spaghetti-nya rasanya cukup tasty, sayangnya garlic bread ini keras sekali. One thing that makes me disappointed adalah adanya “genangan” oil di dasar piring. Suddenly I lost my appetite. Karena saya pesan main course, saya mendapat free dessert berupa soya milk with jelly. Karena kenyang, sebenarnya saya berharap free desert ini bisa di-take away, sayangnya engga bisa... Akhirnya saya cuma mencicip jelly-nya. Ada slight taste of tea di jelly-nya.



Resto Healthy Choice ini bisa jadi pilihan untuk menikmati organic food ataupun membeli produk makanan organic yang rata-rata adalah produk import. Great concept! Dengan harga yang di atas rata-rata, taste and service need significant improvements. Will I return? Probably, but next time I will try Indonesian food…

Wednesday, October 24, 2012

LuVe Litee – Low Calorie Ice Cream



Suka makan ice cream tapi ga pengen merusak diet?

Suka makan ice cream tapi lactose intolerant?

Tahun 2011 PT Campina Ice Cream Indonesia meluncurkan varian ice cream yang non dairy alias tidak mengandung susu dan rendah lemak. Luve Litee, es Krim yang terbuat dari bahan baku soya ini hadir dengan 3 rasa Raspberry Rosella, Chocolate dan Green Tea. Jelas target pasar untuk produk ini adalah orang-orang yang health conscious, termasuk yang sedang diet, dan vegan.
 

Luve Litee ini desain kemasannya menarik dengan sendok yang diselipkan langsung di balik labelnya, jadi ga bakal ada cerita kelupaan dapet sendok atau sendok nyelip ga jelas gitu. Sayangnya, mungkin kotak terlalu panjang atau sendok terlalu pendek, sehingga saat menikmati Luve Litee ini terganggu oleh sendok ataupun jari yang terkena ice cream dan jadinya lengket-lengket gitu.


Ice cream Luve Litee yang mengandung hanya 110 kalori per kemasan ini cepat sekali melted. Strukturnya sama sekali engga creamy – mungkin karena tidak mengandung susu. Namun meskipun sering disebut ice cream sehat, Luve Litee ini masih mengandung gula lho..


Luve Litee coklat terasa dark choco nya, namun rasa dan aroma coklatnya kurang mengigit. Sementara Luve Litee Green Tea berasa macha – ehm, kek macha dibekukan hehehe. Luve Litee yang rasa Rasberry Rosella adalah favorit saya. Rasanya beda dengan ice cream lain, menyegarkan dan ada selai Rosela di dalamnya.

LuVe Litee Chocolate

 LuVe Litee Roseberry Rosella

Luve Litee bagaimanapun adalah ice cream buatan Indonesia yang pertama kali meluncurkan  low fat ice cream dengan harga terjangkau. Untuk yang concern banget terhadap kesehatan atau ada pantangan terhadap fat, susu dan sejenisnya, ice cream Luve Litee ini bisa jadi pilihan. Any comment?

Monday, October 22, 2012

Samsara Reflexology II


Setelah pengalaman pertama di Samsara Reflexology di Kuningan City yang memuaskan beberapa waktu lalu - link, saya beberapa kali menyambangi Samsara di tempat yang sama. Pengalaman reflexology di Samsara  Kuningan City dengan therapist yang beda-beda, hasilnya cukup konsisten memuaskan. Foot massage yang mengena di titik reflexology dengan tekanan dan teknik urut yang pas. Bahkan Samsara meningkatkan service dengan menyajikan fruit juice di awal sesi reflexology dan tetap menawarkan pilihan tea or water di akhir sesi reflexology. Mulai menjajal dengan reflexology 60 menit, now I'm an addict to the 90 minutes session!



Nah hari Sabtu lalu, saya.kembali ke Samsara Kuningan Ciy. Ketika saya tiba disana, waktu telah menunjukkan pukul 8.30 malam, jadi saya ambil sesi reflexology 60 menit. Setelah menyelesaikan pembayaran - oh ya Samsara sering kali minta pembayaran di muka sebelum kita menikmati sesi reflexology - saya masuk ke ruang theraphy. Baru kali ini saya mendapat therapist wanita di Samsara. As usual, di awal kaki akan direndam di air yang sudah.dicampur.dengan antiseptik. Setelah kaki dikeringkan, mulai deh sesi pijat kakinya.



Therapis mulai memijat bagian betis. Dari mulai pertama therapist memijat betis saya, saya langsung bisa merasakan kalo si therapist ini tidak menguasai teknik foot massage. Tekanannya juga terlalu lemah sehingga saya minta therapist untuk memijat lebih kencang. Pijatannya sih jadi lebih kencang tapi ngawur. Apalagi di bagian telapak kaki therapist sama sekali tidak memahami titik reflexology sehingga pijatan jurus ngasalnya malah bikin telapak kaki sakit semua. Bagian dari telapak kaki yang dipijat hanya.jari kaki dan telapak kaki bagian atas. Alhasil, kalo biasanya saya merasa sesi reflexology berlalu dengan cepat, kali ini sesi reflexology berasa lamaaaaaa banget. Pengen bener sesinya segera berakhir. 

What I learnt from this experience adalah balik lagi ke nature services industry dimana standarisasi service itu PR besar. Plus kenyataan bahwa penyedia jasa - dalam hal ini therapist - punya skill yang beda-beda. Itu sebabnya ada yang punya therapist langganan, ada yang punya kapster langganan sampe koki langganan. Saya? Punya dokter gigi langganan. Well I don't think I will return to Samsara in the near future. Kalo selama ini saya rekomendasin Samsara bahkan membawa teman-teman ke Samsara, kali ini saya better warn them untuk lebih mengingat nama therapist yang mereka cocok ketimbang loyal ke merek usaha. It's a real.challenge for all player in services industry.